Wednesday, March 24, 2010

Love Of My Life - Part Two

Akhirnya 11 Desember 2005 kami menikah
Catatan Asep Haryono


Pengantar
Bagi rekan blogger dan pengunjung blog saya membaca posting ini sebaiknya membaca dahulu tulisan saya sebelumnya yang berisi dan berjudul Love of Mylife Part One sehingga bisa dengan mudah mengikuti jalan cerita ini. Saya akan sangat berterima kasih jika rekan rekan sudi kiranya membaca postingan saya sebelumnya itu sehinggan akan "nyambung dengan cerita ini.

Pertanyaan bagian kemarin yang belum saya bahas di sini adalah : Lalu bagaimana suka dukanya melakukan komunikasi jarak jauh tersebut?. Bagaimana mungkin melakukan koordinasi untuk mengadakan walimatul ursy sedangkan kami berada di 4 lokasi kota yang berbeda?. Jadikah kami menikah?. Bagaimana teknis seserahan dan lain sebagainya sedangkan kami berada di 4 kota yang berbeda?. Bagaimana tips tips mengatur/menyiapan pernikahan ini? Berikut adalah bahasannya. Bagian ini habis dari dua tulisan bersambung saya. Selamat membaca. Semoga tulisan ini bermanfaat yang bagi mereka yang saat ini sedang menjalin komunikasi jarak jauh dan bagi mereka yang sedang merencanakan ingin segera menikah. Tulisan ini sudah disingkat tanpa mengurangi makna dan substansi ceritanya.



Suka Duka Menjalin Komunikasi Jarak Jauh
Banyak suka duka yang saya dan calon istri saya waktu itu yang harus kami lalui dalam membina 'hubungan jarak jauh' dengan hanya mengandalkan komunikasi melalui SMS, telepon, email dan juga surat menyurat. Dengan letak geografis kami berdua yang jauhnya bermil mil, saya berada di Kota Pontianak, dan calon istri berada di Kota Semarang (Jawa Tengah) dan masih menyandang status sebagai Mahasiswi yang sedang menyusun skripsi. Orang tua saya berada di Bekasi, sedangkan orang tua dia berada di kota Jogjakarta (Jawa Tengah). Komunikasi kami selalu berkaitan juga dengan "koordinasi" kami berdua dengan orang tua masing masing. Jadilah komunikasi kami melintasi antar pulau : Jakarta, Pontianak, Semarang dan Jogjakarta. Begitu seterusnya bersliweran kesana kemari.

Satu hal yang penting untuk diperhatikan di sini adalah antara saya dan Calon istri sudah ada kemauan dan tekad yang kuat untuk melangsungkan pernikahan di kota Jogjakarta. Ini harus dicamkan dahulu dan terpenting sebelum melangkah berkomunikasi lebih intens lagi. Kesepakatan ini harus dipegang teguh dan harus memiliki kemauan yang kuat dari kami berdua. Itu syaratnya. Kebanyakan pasangan yang melakoni komunikasi jarak jauh runtuh di tengah jalan karena tidak ada komitmen dan keteguhan dalam memegang kesepakatan bersama. Kemudian kami sudah menetapkan 'hari' dan tanggal pernikahan kami yakni di Kota Jogjakarta pada tanggal 11 Desember 2005. Dipilihnya tanggal tersebut atas diskusi keluarga calon istri dan kedua orang tuanya dengan dasar bahwa tanggal tersebut ditetapkan tanpa ada cerita ini itu yang biasa membumbui dalam setiap penetapan tanggal pernikahan. Kami berprinsip semua hari adalah baik, walau ada sebagian keyakinan bagi masyarakat Jawa akan hari hari tertentu yang baik.

Suka Duka komunikasi jarak jauh banyak yang telah kami alami. Salah satunya adalah komunikasi dalam SMS Handphone. Kenapa sampai SMS dibawa bawa?. Keliatannya seperti remeh saja ya komunikasi SMS namun jangan dikira hal yang satu ini pernah membuat kami bersitegang hanya karena tidak sabar menunggu jawaban SMS dari pasangan. Mungkin bisa saja SMS tidak sampai karena komunikasi jaringan yang dodol atau error dijaringan Halo atau Telkomselnya sehingga SMS yang dikirim tidak pernah sampai atau tidak pernah terkirim. Kalian harus punya kesabaran dan toleransi yang tinggi jika ingin langgeng melakukan komunikasi jarak jauh apalagi yang sedang merencanakan pernikahan seperti kami waktu itu.

Bagaimana merencanakan pernikahan sedangkan kami berada di kota dan Pulau yang berbeda?
Setelah kami berdua menetapkan tanggal 11 Desember 2005 sebagai tanggal walimatul ursy (resepsi pernikahan) kami di kota Jogjakarta, kendala lain segera bermunculan satu persatu yang harus kami hadapi berdua. Satu persoalan selesai, muncul lagi 2 (dua) permasalahan baru. Apakah dua permasalahan itu?.

Pertama Calon istri menghadapi kendala untuk pindah dan menetap ikut suami jika sudah menikah pergi ke Kalimantan Barat. Saat itu sang calon istri harus bersabar memberi pengertian kepada ibu kandungnya yang berada di Jogjakarta yang saat itu tidak 'rela' anak gadis satu satunya dibawa ke pulau Kalimantan Barat.
Saat itu saya masih di Pontiana (Kalimantan Barat) dan sang calon istri masih kuliah di IKIP PGRI Semarang (Jawa Tengah). Orang tua calon istri berada di Jogjakarta, dan orang tua saya berada di Bekasi

Kedua. Kendala lainnya adalah kekisruhan manajemen di TK Islam Bias di Kota Semarang tempat sang istri menimba ilmu di IKIP PGRI Semarang. Kebetulan sang calon istri juga sebagai salah satu staf pengajar di TK Islam Bias Semarang itu. Manajemen TK Bias juga tidak begitu 'rela' kalaw salah satu stafnya berhenti mengajar karena pertimbangan murid murid dan kelangsungan pendidikan anak anak di sekolah itu. Namun Alhamdulillah sekali lagi kendala kendala itu berhasil di atasi oleh sang calon istri.

Sedangkan persoalan yang muncul dari pihak saya adalah menyangkut soal Finansial atau keuangan. Dari mana saya mendapatkan uang untuk membiayai pernikahan di Jogjakarta?. Terlintas di kepala saya betapa biaya yang sangat besar yang mungkin terjadi sehubungan dengan rencana pernikahan saya itu. Uang ditabungan saya hanya cukup untuk membiayai hidup saya sehari hari. Mau tidak mau saya harus mencari pinjaman ke sana kemari untuk menutupi kekurangan biaya pernikahan. Saya gadaikan BPKB Motor SupraFIT 2004 saya kepada FIF dan saya berhasil mendapatkan kredit sebesar Rp.6.000.000,- (Enam Juta Rupiah), dan dari Pinjaman Kantor tempat saya bekerja juga sekitar kisaran angka itu.


Jadikah Kami Menikah?
Lazimnya orang yang akan melangsungkan pernikahan biasanya kan sang calon mempelai pria menyerahkan uang dan seserahan berupa barang kepada calon mempelai wanitanya bukan. Nah ini juga berlaku buat saya. Hanya saja kendalanya (kendala lagi khan) saya berada di Pontianak (Kalimantan Barat) dan sang calon istri berada di kota Semarang (Jawa Tengah). Apakah saya harus menggotong gotong seserahan barang barang itu dari Pontianak - Bekasi - Semarang - lalu ke Jogkakarta?. Bagaimana caranya agar saya tidak merepot membawa barang barang itu di hari pernikahan kami kelak pada tanggal 11 Desember 2005?
Catatan : Kami sepakat acara Akad Nikah dan sekaligus resepsi Pernikahan (Walimatul Ursy) dilakukan dalam 1 paket satu hari selesai hari itu 11 Desember 2005. Kedua keluarga sudah juga menyetujui demi efisiensi waktu dan biaya. Jadualnya adalah pagi acara ijab kobul dan siangnya langsung diadakan resepsi. Ini harus disepakati dulu ya jika kalian ingin mengikuti jejak kami. Cieeee

Dan jalan keluar terbaik berhasil dipecahkan : Untuk barang seserahan yang terdiri dari berbagai paket seperi kosmetika wanita , baju dan pakaian daleman (ehm ehm), dan perhiasan disiapkan oleh sang Calon Istri dibantu rekan rekan akhwat sang Istri di Semarang (Jawa Tengah). Mereka akan membawa dahulu barang barang itu ke tempat lokasi pernikahan kami di Jogjakarta. Saya hanya mengirim uang untuk disesuaikan dengan keperluan itu. Mudah bukan?.

Detik detik menjelang keberangkatan saya untuk ke Bekasi untuk membawa rombongan orang tua saya ke Jogjakarta, saya , malam itu dikamar kos, saya sempat mengirimkan SMS bernada kepada sang calon Istri. Yang kira kira isi SMS saya adalah "Maukah kau menikah dengan ku?". Tidak begitu lama saya menunggu jawaban SMS dari sang calon istri, munculah SMS balasan dari dia yang isinya kira kira :
Jika dia beriman kepada Allah, sanggup membimbing diriku kepada NYA, dicondongkan hatiku oleh NYA kepada dirinya, maka tidak ada keraguan dalam dirku untuk menolak


Subhanallah

11 Desember 2005 Walimatul Ursy
Akhirnya dengan segala perjuangan dan komitmen kuat yang dibangun bersama akhirnya tibalah saat yang sangat mendebarkan dan menjadi tolok ukur hidup kami seterusnya. Kami sepakat untuk melaksanakan sunah Rasullah SAW untuk menikah. Hari itu tibalah saatnya yang sangat kami nantikan, Ahad, 11 Desember 2005 kami melangsungkan pernikahan di kota Jogjakarta. Berikut adalah foto foto yang berhasil saya sertakan dalam tulisan ini. Foto lebih "bercerita" bukan?

IJAB KABUL suasana setelah berhasilnya pengucapan ijob Kobul dengan satu kali ucapan saja. Setelah dilakukan ijab kabul, penanda tanganan buku nikah simbolis.

SESERAHAN : Suasana Seserahan kepada pihak mempelai wanita yang diwakili oleh keluarga kami yang berada di Jogjakarta

MENIKAH11 Desember 2005 Asep Haryono-Rudi Maryati. Jogjakarta, Jawa Tengah.

Saya langsung berangkat dari Pontianak (Kalbar) langsung menuju Bekasi , ke tempat kedua orang tua saya. Saya, kedua orang tua, dan 2 orang saudara (suami istri, Le yat dan Ngatemi. Nah Ngatemi ini adik kandung ibu saya). Dengan menumpang naek Kereta Api Aggro Anggrek berangkat dari Gambir Jakarta langsung menuju kota Jogjkarta. Sedangkan calon istri beserta rekan rekan akhwat yang mengantarnya langsung berangkat dari Semarang menuju Jogjakarta juga dengan menggunakan kereta.

Ahad, 11 Desember 2005. Pada Pagi hari dilangsungkan serah terima seserahan dan juga cincin emas sebagai tanda pelamaran. Besarnya seserahan dan cincin disesuaikan dengan kemampuan kalian ya jika ingin mengikuti jejak. Ada hadis yang mengatakan bahwa mudahkanlah dalam memberikan mahar pernikahan, dan semulia mulia pasangan adalah jika bisa memahalkan maharnya. Dengan kondisi ekonomi kami yang serba kekurangan, saya hanya sanggup menyerahkan uang kepada pihak perempuan sebesar Rp.5.000.000,- (Lima juta rupiah saja) dan segala keperluan seserahan pesta dan segala macamnya juga dibantu oleh keluarga pihak perempuan. Saya tidak mengerti mengapa saat saya mengikrarkan ijob kobul dengan tenang dan berhasil mengucapkan hanya 1 kali saja. Wallahu Alam, dari mana kekuatan ketenangan itu datang saat itu, bener bener saya tidak mengerti. Saya mengucapkan dengan tenang. Hanya Allah SWT saja yang tahu. Sedangkan siang hingga selesai dilangsungkanlah resepsi pernikahan atau Walimatul ursy hingga selesai.


Masalah terus ada di sekitar kami
Setelah menikah 11 Desember 2005 pun masih terbentang "masalah" lagi. Kali ini kata masalahnya saya cantumkan tanda petik, tentu rekan rekan maklum maksudnya. Setelah kami resmi menjadi suami istri, saya harus segera kembali ke Pontianak (Kalimantan Barat) untuk kembali bekerja sebagaimana biasanya. IZin cuti 11 hari ditambah 5 hari izin menikah terasa sangat singkat disaat kami masih menikmati hanimun (cieee). Kedua orang tua dan saudara sudah kembali ke Bekasi melalui kereta Api, dan saya bawa sang istri juga ke Bekasi beberapa hari kemudian.

Saya bawa istri ke rumah orang tua di Bekasi sekaligus memperkenalkan sang istri kepada semua sodara saya lainnya. Perlu diketahui bahwa saya adala anak ke 8 (delapan) dari 9 (sembilan bersaudara). Setelah beberapa hari di Bekasi, akhirnya saya kembali ke Semarang (Jawa Tengah) dengan menumpang kereta Anggro Anggrek yang saat itu bertarif sekitar 200 ribu rupiah. Dipilihnya kereta eksekutif Anggro Anggrek karena selain relatif cepat, juga fasilitas yang diberikannya juga keren, dan suasananya asyik dan bersih. Saya harus "mengembalikan" istri tercinta ke Semarang (Jateng) karena harus meyelesaikan skripsinya. Saya pun kembali ke Bekasi dan segera terbang ke Pontianak dengan menumpang pesawat Garuda.

WISUDA. Istri saat diwisuda dari IKIP PGRI Semarang (Jawa Tengah) pada tanggal 25 April 2006. Foto kenangan.



Minggu Minggu pertama sebagai Suami Istri
Begitulah ceritanya bahkan setelah menikah pun kami "berpisah" beberapa bulan lamanya hingga akhirnya kami bisa berkumpul kembali sekitar Mei 2006. Setelah urusan wisuda selesai, dan urusan lain juga sudah selesai, sang Istri datang dari Jogjakarta dan tiba di Bandara Supadio Pontianak sekitar Mei 2006 dengan menumpang pesawat LION AIR (Sekarang LION AIR sudah bangkrut-red). Saya didampingi oleh Mochamad atau Moch (Karyawan Percetakan Sungai Raya Pontianak Post) mendampingi saya menjemput sang istri. Dan kami pun bertiga ke rumah kontrakan yang saat itu berlokasi di komplek Komplek Griya Husada, Sungai Raya Dalam, Pontianak. Kami berdua mengontrak rumah yang sederhana di sana dengan biaya sewa kontrak pertahun saat itu taon 2005 an sekitar Rp.1.900.000,- (Satu juta Sembilan ratus Ribu rupiah). Karena sang istri aseli orang Jogjakarta, dan mungkin belum terbiasa dengan air kolam yang ada di rumah itu. Air ledeng PDAM ada tentu, tapi kalaw saat PDAM lagi 'ngerajok' kan ujung ujungnya macet juga tuh PDAM. Jadi pas Macet itulah air kolam dipake untuk keperluan mandi dan cuci. Dan air kolam itulah yang membuat sang istri tidak 'betah' menggunakan air itu. Saya bisa memaklumi. Namun sedikit demi sedikit sang istri akhirnya terbiasa untuk itu.

Dalam keadaan uang sudah habis habisan bahkan untuk makan besok harinya kami harus menghemat luar biasa. Bagaimana menyiasiati hari hari pertama kami sebagai suami istri dengan hanya mengandalkan satu gaji?. Tentu saja harus berhemat sehemat mungkin. Dalam keadaan itulah sang Istri berinisiatif untuk tidak stay at home and doing nothing saja. Kami memang sudah sepakat di awal pernikahan kami bahwa saya mendukung karir istri kelak sejauh itu tidak melupakan 'tugas'nya mengurus rumah tangga dan keluarga. Bosan berstatus sebagai "Pengacara" (Pengangguran banyak acara-red), sang Istri pun mencoba mengirim surat lamaran ke berbagai tempat mengajar kursus Bahasa Inggris , sekolah-sekolah SMA di Pontianak dan juga kampus. Semua lamaran yang dikirim ke sekolah SMA itu ditolak atau tidak diterima. Hanya satu saja lamaran yang mendapat jawaban dipanggil untuk melakukan tes, dari Yayasan Kejayaan Islam, TK Islam Al Azhar Pontianak.

Istri pun menghadapi 4 (empat) tes untuk bisa diterima mengajar di TK Islam Al Azhar Pontianak. Tes itu meliputi 1).Tes Tertulis. 2).Tes Wawancara/Interview. 3).Tes Membaca Al Quran. 4).Tes Psikotest serta Micro Teaching. Semua itu bisa dilalui dengan baik dan istri dinyatakan BERHASIL lulus dan diterima mengajar sebagai Pengajar di TK Islam Al Azhar Pontianak. Saat bekerja masih magang selama 6 (enam) bulan, lalu Calon Pegawai selama 1 Tahun, dan akhirnya diterima sebagai pegawai Penuh . Dan saat itulah ekonomi kami mulai sedikit membaik. Kali ini saya dan istri sama sama punya penghasilan tetap. Dari sinilah kami mulai membeli peralatan rumah tangga ya piring, gelas, lemari pakaian , kompor dan lain lain. Mencicil barang rumah tangga, siapa tahu kelak kami memiliki rumah sendiri, kan barang barang sudah ada ya ndak. Biar pun rumah ngontrak , tapi rajin kumpulin barang barang.

Ekonomi Mulai Membaik.
Selama kurang lebih 1,5 bulan istri masih dalam keadaan 'kosong' atau belum 'berisi', dan itu membuat hati saya sedih. Saya selalu memohon dan berdoa kepada ALLAH SWT agar kami diberikan momongan, buah hati, pelipur lara, dan penerus kami. Bulan demi bulan sang istri masih mendapatkan bulannya, dan tidak jarang saya merenung, dan mencoba tabah akan semua ini. Saya selalu berprasangka baik sama ALLAH SWT. Mungkin Allah SWT menguji kami saat itu, karena secara kebetulan saja saat itu kami masih banyak berutang sana sini untuk biaya pernikahan kami di Jogjakarta. Hutang dari lembaga keuangan, hutan dari Kantor yang jumlah NOL nya banyak itu akan semakin kerepotan jika sang anak hadir saat itu. Untuk makan aja susah. Mungkin ALLAH SWT melihat kondisi ekonomi kami saat itu yang habis habisan, jadi buah hati belum diberikan ke rahim sang istri.

Pindah Kontrakan dan Hamil
Akhirnya kami pun pindah rumah kontrakan ke Komplek Duta Bandara, Jalan Ahmad Yani II Supadio Pontianak pada tanggal 5 Pebruari 2007. Semua barang barang dari Komplek Griya Husada diborong semua ke kontrakan yang baru itu. Trims buat bang Moch dari Percetakan Sungai Raya yang selalu setia mengantar kami kesana kemari. Bang Moch bisa mengantar kami dengan mobil kantor dengan izin dari Alm.Tri Hanjaya dan juga koordinator Bang Ismail juga dari percetakan Sungai Raya.

Suatu hari saat hujan mau turun, langit di atas rumah ku sangat gelap. Angin berhembus lumayan kencang, dan secara tidak sengaja saya melihat konfigurasi langit di atas rumahku berbentuk lafaz ALLAH. Huruf itu terbentuk dari bungkahan gumpalan awan hitam kelam karena angin kencang tanda mau turun hujan. Betapa saya merinding melihat konfigurasi huruf ALLAH di langit gelap itu. Bentuk yang sangat besar sekali. Hal ini belum saya ceritakan kepada istri. Juga mengenai mimpi saya beberapa hari kemudian, dalam mimpi saya memancing ikan dan ikannya berubah menjadi seorang bayi cantik putih laki laki dan bayi itu diminta oleh orang, dan saya berikan bayi itu kepadanya. Apakah itu tanda tanda dari ALLAH bahwa istri saya akan hamil?. Wallahu Alam, Hanya ALLAH Yang tau.

Hingga pada suatu ketika, ketika saya masih di Bali dalam rangka kegiatan Kang Guru Indonesia bulan Juli 2007, saat saya sudah packing di Hotel Bali Summer saya ditelepon dari sang istri bahwa ia sudah terlambat 2 (dua) minggu, dan saya katakan hal itu sangat menggembirakan. Sekembali dari BALI, saya mengantar sang Istri ke dokter Taufiq di RS Bersalin "JEUMPA" yang terletak di depan Kantor PELNI Pontianak. Dari beliaulah diberitahu bahwa sang istri sudah hamil lebih dari 1(satu) bulan. Maha Besar ALLAH SWT.

Akhirnay berkat izin ALLAH SWT akhirnya lahirlah putra kami yang pertama. Bayi kam yang pertama. Kami memberinya nama Abbie Muhammad Furqan Haryono atau disingkat dengan Abbie. Lahir di Rumah Sakit Bersalin Jeumpa yang di jalan Sutan Syahrir pada hari Rabu, tanggal 12 Maret 2008 atau bertepatan dengan 04 Rabiul Awal 1429 H. Waktu Abbie lahir Panjangnya 50 cm, Berat 3,5 Kg.



Abbie Muhammad Furqan Haryono


Bagaimana akhirnya sedikit demi sedikit perekonomian kami membaik seiring dengan hadirnya sang buah hati pertama kami, Abbie Muhammad Furqan Haryono lahir ke dunia 12 Maret 2008 melengkapi kebahagiaan kami. Seiring itupula sang istri berhenti mengajar di TK Islam Al Azhar dan akhirnya mengantarkannya diterima dan lulus CPNS 2008 hingga kini mengajar sebagai salah satu staf pengajar Bahasa Inggris di SMA Negeri 1 Kubu Raya. Kondisi keuangan kami sedikit demi sedikit mulai kearah perbaikan, dan kami akan segera mewujudkan mimpi mimpi kami yang masih lama kami simpan dan kami siap mewujudkannya kelak Insya Allah.

Sang istri pun masih berkeinginan melanjutkan kuliah S2 nya, dan saya menyarankan untuk mengambil Kuliah melalui jalur beasiswa ADS (Australian Development Studies) kuliah di negeri Kang Guru Australia. Jika tidak memungkinkan kuliah di LN, ya kuliah di UI atau UGM juga tidak masalah. Saya mendukung cita citanya. Sedangkan saya sendiri masih berjuang untuk bisa ikut tes Beasiswa Endeavour tahun 2010 mendatang, juga di Negeri Kang Guru itu, dan semoga tidak tertunda lagi seperti dua tahun sebelumnya. Dan mimpi kami lainnya adalah memili rumah sendiri walaupun cuma sederhana, dan Istri juga sangat mendukung rencana bersama kami ini. Jika semuanya berlangsung lancar Insya Allah sebelum berakhirnya tahun 2009 ini kami sudah memiliki rumah sendiri.


Rekan blogger semua..
Semoga cerita ini bisa menjadi inspirasi dan diambil hikmahnya bagi mereka yang sedang menjalani hubungan jarak jauh dan yang serius ingin menikah. Kepada ALLAH SWT jugalah saya serahkan semuanya

Love Of My Life - Part One

Rudi Maryati dan Abbie Muhammad Furqan Haryono



Aku kagum dengan Istri ku, Rudi Maryati
Catatan Asep Haryono

Mungkin bisa dikatakan tulisan saya kali ini amat kental dengan mengandung unsur narsis tapi tidak apa apa ya, setidaknya tulisan ini berisi catatan saya pribadi terhadap Istri saya sebagai wanita pendamping hidup saya yang saat saya menulis postingan blog ini hari ini Ahad (28 Juni 2009) sudah setia mendampingi saya selama 4(empat tahun). Adakah yang menarik dari sosok Rudi Maryati.S.Pd baik sebagai istri, seorang ibu, seorang guru, seorang penulis, maupun sebagai seorang sahabat bagi saya?. Semoga tulisan ini bermanfaat buat kita semua.



Kilas Balik awal Pertemuan
Berawal dari postingan di website Kang Guru dan Pontianak Post tersebutlah sebuah nama user dengan ID rudymary yang sering membalas postingan saya di forum kedua website itu. Singkat cerita pada suatu ketika pada tahun sekitar 2003 kalaw tidak salah, si pemilik user name ini menuliskan pertanyaan (atau tanggapan) dalam website Pontianak Post. Sebenarnya saya sering menanggapi postingan pertanyaan dari siapa saja yang mengisi guest book website yang saya gawangi, Pontianak Post. Nah mungkin secara kebetulan tanggapan saya terhadap beberapa visitor website mendapat tanggapan balasan dalam bentuk e-mail ke alamat email pribadi saya yang memang amat mudah ditemui dalam website koran itu. Salah satu yang membalas tanggapan saya tersebut adalah ID rudymary tersebut, dan saya hanya menanggapi dengan standar ucapan terima kasih atas kunjungannya pada website perusahaan kami.

Ketemu Darat
Mungkin sudah diatur oleh ALLAH SWT barangkali ya, masih di tahun sekitar 2003 an, pada suatu ketika si pemilik user name Rudymary ini mengirim email kembali kepada saya dan mengatakan secara singkat profil dirinya bahwa ia bernama asli Rudi Maryati adalah seorang Mahasiswi IKIP PGRI semarang yang sedang menyiapkan judul skripsi. Dan si mahasiswi ini kebetulan akan menghadiri sebuah seminar yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Tanjungpura di Pontianak. Dia datang dengan rekannya Setyowati yang juga berasal dari kampus yang sama. Dia mengabarkan. Ini artinya bisa ketemuan darat donk ya sama saya. Dia katakan dalam e-mailnya semoga bisa jumpa dengan saya di sela sela jam Istirahat di seminar FISIP Untan yang diselenggarakan di lantai III Gedung Rektorat Untan tersebut.

Hari itu setelah masuk jam istirahat siang, saya langsung berangkat dari Gedung Pontianak Post menuju rektorat Untan Lantai III yang sedang berlangsung seminar FISIP UNTAN itu. Saat itu sedang break makan siang. Saya menghampiri seorang panitia seminar dan langsung bertanya kepada panitia seminar itu, adakah yang bernama Rudi Maryati dari IKIP PGRI Semarang. Dan singkat kata akhirnya ketemu darat jugalah saya dengan pemilik username rudymary ini.

Saya pun berhasil melihatnya secara langsung. Sang Mahasiswi mengenakan jilbab dan biasa disebut akhwat. Tinggi badan sekitar 163 cm lebih tinggi beberapa cm dari tinggi saya yang "cuma" 158 cm ini.

Saya katakan hanya ucapan terima kasih sudah mengisi guestbook website kami, dan saya memberikannya sebuah koran edisi hari itu kepadanya sebagai ungkapan ucapan terima kasih. Menurut saya pertemuan itu singkat saja tidak lebih dari 1 jam. Kami pun saling bertukar alamat email dan Nomor Telepon.

Komunikasi Jarak Jauh
Pasca pertemuan darat itu tadi, komunikasi kami berdua hanya praktis tinggal Short Message Service (SMS), Telepon dan Surat menyurat saja antara Pontianak dengan Semarang. Kenapa Semarang? ya karena si Rudi Maryati ini masih berstatus sebagai Mahasiswi IKIP PGRI Semarang yang sedang menyusun Skripsi. Dari komunikasi jarak jauh inilah akhirnya saya tahu kalaw si mahasiswi ini adalah anak ke 2 dari 3 bersaudara yang aseli orang Jogjakarta.

Si mahasiswi ini orang Jogja yang kebetulan mengambil kuliah di IKIP PGRI Semarang dan Jurusan yang dia ambil FPBS Bahasa Inggris . Ayah dan Ibunya hanyalah petani biasa yang tinggal di sekitar Kulon Progo Jogjakarta. Dari komunikasi surat menyurat juga tidak menyiratkan apa apa, dan semuanya berjalan datar saja layaknya seorang sahabat dengan rekan sahabat penanya yang berasal dari kota lain. Setiap surat yang dia kirim selalu dialamatkan ke rumah kos saya waktu itu di sekitar Jalan Sekadau Komplek Untan Pontianak.

Hingga pada suatu ketika setelah pulang kantor dan sesampainya saya di rumah kos (saat itu mungkin saya shift malam), saya mendapati sepucuk surat dari dia. Setelah membaca isi surat dia itu jantung saya berdegup kencang dan seolah tidak percaya. Apa sih isi suratnya?. Ya dalam suratnya itu dia mengatakan ingin berjuang bersama sama dan memberanikan diri untuk mengajak saya menikah. Ya sang Akhwat menawarkan dirinya untuk dinikahi. Sungguh suatu keberanian yang luar biasa. Dan ternyata sang Mahasiswi sudah berdiskusi dengan rekan rekan sesama akhwat di forum Kajian ke ISlaman kampusnya di IKIP PGRI Semarang. Dan salah seorang rekan Akhwat sang Mahasiswi melihat saya sebagai pria yang yang bersungguh sungguh, dan mereka yakin bahwa saya adalah pilihan yang baik untuk sang mahasiswi. Sang Mahasiswi juga mengatkaan tidak mau apa yang disebutnya dengan Pacaran seperti anak muda sekarang. Singkat sang Akhwat menantang saya untuk datang ke Jogjakarta untuk bertemu dengan kedua orang tuanya untuk membicarakan masalah ini.
Pernikahan itu indah jika Akhwat menawarkan diri. Dimulakan dengan bismillah...Ketika umur menanjak dewasa dan masa expired seorang akhwat mulai bergerak menuju pengurangan masa daya produktifitas...pernahkah tersadarkan oleh para ikhwan semua???
Disaat para ikhwan takut untuk di tolak... hanya karena belum belum punya pendapatan di atas rata2...tapi ternyata di sisi lain...saudara antum begitu takut dan bahkan sangat takut...masa itu...akan terus berjalan...hingga umur.....membuat penurunan daya produktifitasnya. Ketika seorang akhwat menawarkan dirinya kepada seorang ikhwan dengan ahsan tanpa merendahkan martabatnya agar ikhwan itu mau menikahinya, tapi di sisi lain tanggapan ikhwan terkadang memandang akhwat itu dengan tanggapan yang aneh...???
Kami ingin....melamarmu para ikhwan disaat dirimu takut melamar kami hanya karena kurang percaya diri antum. Yang bisa jadi kurangnya rasa percaya diri antum itu hanya ketakutan antum semata.... Budaya...yang sudah dari dulu terpatri dalam benak qta....bahwasanya akhwat selalu menunggu untuk dilamar dan ikhwan melamar seorang akhwat.... Tapi salahkah ketika seorang akhwat memberanikan diri untuk menawarkan dirinya kepada seseorang yang dia rasa pantas untuk mendampinginya untuk meniti jalan menuju surgaNYA. Sumber Balqis


Pertemuan Keluarga Ta aruf
Saya minta izin kepada orang tua saya di Bekasi (Jakarta Timur) untuk mampir ke rumah orang tua dia di Jogjakarta. Sebelumnya juga ortu saya sudah saya kabarkan mengenai dirinya lewat surat, jadi kedua orang tua saya sudah tahu sebelumnya. Orang tua mengizinkan, dan saya langsung berangkat dengan menumpang pesawat langsung menuju kota Jogjakarta yang belum pernah saya kunjungi sama sekali.

Atas bantuan rekan ceting saya Mas Sugeng, Mas Bram, dan anak anak Angkringan dan juga rekan satu kampus saya mas Gono yang sudah kembali di Jogjakarta, saya merasa tidak sendirian di kota gudeg itu. Maklum belum pernah sama sekali ke Jogjakarta, seumur hidup saya. Selama saya di kota Jogjakarta, saya banyak dibantu mereka untuk mempertemukan saya dengan kedua orang tua si mahasiswi ini, dan akhirnya saya bertemu dengan kedua orang tuanya, didampingi oleh Mas Gono. Pertemuan yang singkat saja, dan tidak ada Deal apa pun dengan kedua orang tua mahasiswi itu tadi. Singkat cerita akhirnya saya kembali ke Bekasi, pulang ke rumah orang tua saya langsung dari Jogjakarta via pesawat Batavia.


BOROBUDUR : Inilah pertama kali saya melihat candi Borobudur 2004 dianter dengan mas Gono boncengan naek motor. Koleksi pribadi

MAS BRAM : Lihat cowok yang di sebelah paling kiri. Itulah Mas Sugeng. Foto diambil di dekat kosan mas Sugeng di Jogjakarta. Dok Pribadi

Saat saya berada di kota Jogjakarta itulah, saya didampingi oleh Mas Sugeng, Mba Mira, Mas Bram, Mas Sigit keliling kota Jogjakarta dengan kendaraan roda dua. Sunggu suatu pengalaman yang luar biasa serunya berkeliling di kotanya Katon Bagaskara itu. JJS Ke Kraton Jogjakarta, ke Tugu, Wisata Kuliner di Pasar Bering Harjo, belanja Dagadu di Malioboro, nyeruput ronde dan foto foto wih seru bangeds. Asyik deh. Pokoknya Kota Jogjakarta yang sering disebut Never ending City memang benar adanya. Tak lama kemudian, saya pun kembali ke Bekasi, ke tempat orang tua saya. Dan saya ceritakan perjalanan saya silaturahmi saja ke keluarga sang Mahasiswi, Rudi Maryati atau Uut itu selama di Jogjakarta.


Secara kebetulan sekali, Pak Ponijo (Ayah kandung si mahasiswi) ini juga Menyusul ke Bekasi dengan menggunakan kereta Api. Beliau ke Bekasi karena salah satu anaknya yang lain Suripto juga bertempat tinggal di Bekasi. Nah dari sinilah awal pertemuan kedua keluarga kami untuk saling ta aruf. Pak Ponijo tertarik ingin bertemu dengan orang tua saya mumpung masih berada di kota Bekasi. Satu kota yang sama dengan orang tua saya yang berlokasi di Jakasampurna Bekasi Barat. Akhirnya dengan menggunakan TAXI, saya bawa kedua orang tua saya untuk menyambangi kediaman mas Suripto di Bekasi dimana sudah menunggu Pak Ponijo, ayah kandung sang Mahasiswi itu tadi.

Nah dari sinilah awal pertemuan kedua keluarga kami untuk saling ta aruf. Singkatnya, akhirnya bertemu jugalah kedua orang tua kami, dan bahkan sang Mahasiswi pun diminta datang dari Semarang ke Bekasi, ke rumah kakaknya Mas Suripto sekeluarga yang juga di Bekasi. Jadilah pertemuan keluarga kami untuk saling ta aruf dan memperkenalkan kedua anak kami masing masing. Dari sinilah akhirnya jatuh keputusan untuk segera menikahkan kami dengan waktu yang kami tentukan sendiri. Begitulah jalan cerita pertemuan ta aruf ini.

Komunikasi Jarak Jauh
Setelah pertemuan Ta aruf itu tadi, kedua orang tua kami menyerahkan sepenuhnya kepada kami berdua kapan dan dimana kami segera menikah. Semua komunikasi kami berdua dilakukan dengan jarak jauh. Artinya komunikasi hanya melalui Telepon, SMS, dan Surat Menyurat antara Pontianak dan Semarang. Banyak suka dan duka komunikasi jarak jauh antara saya dan dia yang tidak akan saya tulis di sini. Insya Allah di bagian lain aja ya. Komunikasi jarak jauh kami ini hanya berlangsung 1 (satu) tahun setelah pertemuan ta aruf keluarga kami.

Akhirnya kami "sepakat" mengurus segala sesuatunya untuk mengadakan pernikahan langsung di kota Jogjakarta. Repotnya mengurus ini dan itu bagi kami berdua yang sama sama sibuk luar biasa. Si dia yang masih menyandang status mahasiswi IKIP PGRI Semarang (Jawa Tengah), dan saya sebagai karyawan sebuah perusahaan di Pontianak. Bayangkan saja, saya di Pontianak (Kalimantan Barat), Orang tua saya di Bekasi, Orang tua dia di Jogjakarta, sedangkan dia sendiri di Semarang (Jawa Tengah). Bisakah kalian menghandle menyiapkan pernikahan melalui komunikasi jarak jauh di 4 (empat) kota tersebut?. Wallahu Alam, dan ternyata kami bisa mengaturnya. Tentu dengan banyak sekali hambatan, kendala, dan masalah pelik diantara kami masing masing.

Lalu bagaimana suka dukanya melakukan komunikasi jarak jauh tersebut?. Bagaimana mungkin melakukan koordinasi untuk mengadakan walimatul ursy sedangkan kami berada di 4 lokasi kota yang berbeda?. Jadikah kami menikah?. Bagaimana teknis seserahan dan lain sebagainya sedangkan kami berada di 4 kota yang berbeda?. bagaimana tips tips mengatur/menyiapan pernikahan ini? Penasaran Bagaimana kelanjutannya cerita kami ini?. Simak bagian ke 2 - Love Of My Life ini ya

Tuesday, March 23, 2010

Sekapur Sirih



Assalamualaikum Wr Wb
Dan diantara tanda-tanda kebesaran Alloh ialah diciptakan-Nya untukmu pasangan hidup dari jenismu sendiri agar kamu mendapatkan ketenangan hati dan dijadikan-Nya rasa kasih sayang diantara kamu. Sesungguhnya yang demikian itu menjadi tanda-tanda kebesaran-Nya bagi orang-orang yang berfikir". (QS. Ar-Rum : 21 )


Ya Alloh,Dzat yang Maha tinggi, yang menguasai segala hati. Kami mohon ridho dan perlindungan-Mu, untuk menunaikan sunnah Rosul-Mu dengan menunaikan setengah dien-Mu dalam rangka membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah.


Berkenaan dengan Hal tersebut, Ridhoilah kami :
Asep Haryono dan Rudi Maryati (Uut)


Telah melaksanakan akad nikah dan walimah:
Ahad, 11 Desember 2005di Pundak IV Rt.13/Rw.VII , Kembang , Nanggulan , Kulon Progo, Jogjakarta 55671

Billahi al-Taufiq wa-Alhidayah Wassalamua'alaikum Wr. Wb
Asep & Uut




Wisuda Rudi Maryati, SP.d dari IKIP PGRI Semarang pada tanggal 25 April 2006
di Kodam Banyumanik Semarang.





selengkapnya
(Asep Haryono)